BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelompok-kelompok manusia itu dimanapun juuga selalu hidup bersama dan bekerja secara kooperatif di pelbagai bidang kehidupan untuk mencapai tujuan tertentu, atau untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu. Sehubungan dengan itu perlu adanya pemimpin yang bisa mengatur semua kegiatan kerja kelompok. Terlebih lagi organisasi, perusahaan, pabrik, dll. Maka dalam kehidupan sehari-hari manusia senantiasa mengalami kepemimpinan (Leadership) dalam pelbagai bentuk, baik secara langsung maupun tidak. Bahkan tidak jarang dalam prakteknya, individu itu dalam posisi dualistis yaitu sebagai pihak yang dipimpin, sekaligus juga bertindak sebagai pemimpin. B. Tujuan 1. Agar mengetahui definisi kepemimpinan 2. Agar mengetahui sifat-sifat kepemimpinnan 3. Agar mengetahui bagaimana kepemimpinan yang baik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kepemimpinan1. Menurut Boring Langeveld dan Weld: Kepemimpinan adalah hubungan dari individu terhadap bentuk suatu kelompok dengan maksud untuk dapat menyelesaikan beberapa tujuan. 2. Menurut George R. Terry: Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang agar dengan suka rela bersedia menuju kenyataan tujuan utama. 3. Menurut H. Goldhamer and EA. Shils: Kepemimpian adalah tindakan berperilaku yang dapat mempengaruhi tingkah laku orang-orang lain yang dipimpinnya. 4. Menurut Ordway Tead: Aktivitas mempengaruhi orang-orang untuk bekerja sama menuju pada kesesuaian tujuan yang mereka inginkan. 5. Menurut John Phiffher: Seni dalam mengkoordinasikan dan mengarahkan individu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki. 6. Menurut Stogdill adalah: Proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok yang terorganisir dalam usaha-usaha menentukan tujuan dan mencapainya. 7. Menurut Bennis adalah: Proses dengan mana seorang agen menyebabkan seseorang bawahan bertingkah laku menurut suatu cara tertentu. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa: Kepemimpian (Leadership) adalah kemampuan dari seseorang (yaitu pemimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya, sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Kadangkala dibedakan antara kepemimpinan sebagai kedudukan dan kepemimpinan sebagai suatu proses social. Sebagai kedudukan, kepemimpinan merupakan suatu kompleks dari hak-hak badan. Sebagai suatu proses, social, kepemimpinan meliputi segala tindakan yang dilakukan seseorang atau sesuatu badan yang menyebabkan gerak dari warga masyarakat. Kepemimpinan ada yang bersifat resmi (formal leadership) yaitu kepemimpinan yang tersimpul di dalam suatu jabatan. Ada pula kepemimpinan karena pengakuan masyarakat akan kemampuan seseorang untuk menjalankan kepemimpinan. Sedangkan kepemimpinan tidak resmi (informal leadership) adalah kepemimpinan yang resmi di dalam pelaksanaannya selalu harus berada di atas landasan-landasan atau peraturan-peraturan resmi, sehingga daya cakupnya terbatas. Kepemimpinan tidak resmi mempunyai ruang lingkup tanpa batas-batas resmi, karena kepemimpinan demikian didasarkan atas pengakuan dan kepercayaan masyarakat.
B. Sifat-Sifat Kepemimpinan
Disini akan dijelaskan beberapa sifat-sifat kepemimpinan, diantaranya: 1. Cakap, disini cakap dalam pengertian yang luas, bukan saja ahli (skill) atau kemahiran teknik (technical mastery) dalam suatu bidang tertentu, meliputi hal-hal yang bersifat abstrak, inisiatif, konsepsi, perencanaan, dan sebagainya. Seorang pemimpin harus memiliki ketajaman berfikir yang kritis dan rationil. 2. Kepercayaan, menurut Le Bon, seorang pemimpin harus memiliki keyakinan yang kuat, percaya akan kebenaran tujuannya, percaya akan kemampuannya (pada diri sendiri) Sebaiknya ia harus mendapat kepercayaan dari pengikutnya. Ia merupakan syarat adanya wibawa sang pemimpin terhadap anggotanya. 3. Rasa Tanggung Jawab, sifat ini penting sekali, sebab manakala seorang pemimpin tidak memiliki rasa tanggung jawab, ia akan mudah bertindak sewenang-wenang terhadap kelompoknya. 4. Berani, berani dalam arti karena benar dan dengan perhitungan lebih-lebih dalam saat-saat yang kritis dan menentukan, pemimpin harus tegas, berani mengambil keputusan dengan konsekuen dan tidak boleh ragu-ragu. 5. Tangkas dan Ulet, seorang pemimpin harus dapat bertindak cepat dan tepat. Ia harus tangkas dalam bertindak lebih-lebih jika ia menghadapi masalah yang rumit. Kegagalan tidak boleh menjadikan ia cepat bosan atau putus asa, tetapi sebaliknya ia harus gigih dan ulet. 6. Berpandangan Jauh, pemikiran seorang pemimpin harus luas. Ia berpandangan jauh ke depan harus dapat membedakan mana das sein, mana das sallen. Terutama dalam merumuskan strategi atau menggariskan sesuatu taktik, hal ini adalah sangat penting. 7. Kemandirian, berhasrat memajukan diri sendiri (individualisme) 8. Besar rasa ingin tahunya, dan cepat tertarik pada manusia serta benda-benda (corious). 9. Multi-Terampil atau memiliki kepandaian beraneka ragam. 10. Memiliki rasa humor, suka berkawan. 11. Perfeksionis, selalu ingin mendapatkan yang sempurna. 12. Mudah menyesuaikan diri, daya adaptasinya tinggi 13. Sabar namun tidak “mandek” berhenti. 14. Waspada, peka, jujur, optimis, berani. 15. Berjiwa wiraswasta. 16. Pemimpin harus bisa memberi motivasi yang biasanya ingin menonjol dan diakui, lebih ambisius, berorientasi pada prestasi, dan mau memikul tanggung jawab. 17. Pandai berkomunikasi.
C. Bagaimana Pemimpin Yang Baik
Kepemimpinan yang baik, dengan ciri-ciri karakteristiknya yang informal, pribadi dan individualnya yang jelas dapat dibedakan dari pemimpin yang buruk (tidak efisien). Sebab, pemimpin itu akan memproduksi hasil yang baik bermanfaat, atau justru menghasilkan produk yang buruk dan merugikan orang banyak dalam kaitannya dengan efisiensi organisasi lembaga juga selalu dihubungkan dengan kesejahteraan dan kebahagiaan manusia pada umumnya. Kepemimpinan itu hendaknya jangan terlalu banyak dinilai dari segi-segi prestasi materiil dan profit saja. Misalnya: pemimpin perusahaan harus mampu memproduksi barang dagangan sebanyak mungkin dan memperbesar omzet penjualan dalam waktu singkat, akan tetapi, juga harus dipertimbangkan pengaruh dan akibat buruk apa yang mereka timbulkan ditengah anak buah dan pengikutnya. Selanjutnya, pemimpin itu pada umumnya mencerminkan sifat-sifat dan tujuan dari kelompoknya, misalnya: kelompok seniman akan memilih seorang pemimpin yang paling ahli dalam satu bidang seni. Jadi, pemimpin-pemimpin itu sedikit atau banyak pasti merupakan epitome (ringkasan pendek) dari sikap mental kelompoknya pada saat itu.
D. Macam-Macam Kepemimpinan
1. Otoriter Otoriter yaitu yang memastikan apa yang akan dilakukan kelompok. Disini anggota kelompok tidak diajak untuk turut menentukan langkah-langkah pelaksanaan atau perencanaan mengenai kegiatan-kegiatan anggota. Sikap pemimpin otoriter seakan-akan ia tidak turut serta dengan interaksi kelompok. Ia hanya saling hubungan dengan anggota-anggota pada waktu memberi instruksi mengenai langkah-langkah kegiatan, sesudah itu ia menyendiri, terpisah dari pada kelompok dan tidak mencampuri diri dengannya. Contoh: Seorang direktur perusahaan merancang semua rencana sendirian, tanpa berkonsultasi pada staf atau pembantunya. Dia memaksakan rencananya tanpa menjelaskan isi sepenuhnya. Dia mengkomandokan setiap langkah yang harus dilaksanakan bawahannya dengan semboyan “Kamu tidak dibayar untuk berpikir, tetapi kamu dibayar untuk melakukan apa yang diperintahkan pada dirimu”. 2. Demokratis Pemimpin demokratis yaitu pemimpin disini mengajak anggota kelompok serta perancangan langkah-langkah pekerjaan. Penentuan itu secara musyawarah dan mufakat. Pemimpin memberi nasehat kepada anggota kelompok dalam pekerjaannya. Disamping itu juga memberikan saran-saran mengenai bermacam-macam kemungkinan pelaksanaan pekerjaan yang dapat mereka pilih sendiri, dimana yang terbaik. Pemimpin demokratis memberi penghargaan dan kritik secara objektif dan positif. Dengan tindakan demikian maka pemimpin demokratis itu berpartisipasi dan ikut serta dengan kegiatan kelompok. Ia bertindak sebagai kawan yang lebih berpengalaman dan turut serta dalam interaksi kelompok dengan peranan. Contoh: Pemilihan seorang kepala pemerintahan yang mana harus dilakukan dengan jujur, adil, langsung, bebas dan rahasia dengan cara tidak ada paksaan dalam melakukan pemilihan dan bebas memilih calon atau perwakilan yang dipilih. 3. Laissez Faire Pemimpin menjalankan peranan yang pasif, sebagai seseorang yang hanya menonton dalam pada waktu itu ia menyerahkan segala penentuan tujuan dan kegiatan kelompok kepada anggota-anggota sendiri. Pemimpin hanya menyerahkan bahan-bahan dan alat-alat yang dipergunakan dalam pekerjaan kelompok itu. Ia tidak mengambil inisiatif apapun di dalam kegiatan kelompok. Ia berada di tengah-tengah kelompok, tetapi tidak interaksi dan berlaku seperti seorang penonton saja Contoh: Seorang lurah dalam merancang atau melaksanakan tugasnya, tergantung pada apa yang dikehendaki oleh bawahannya dia menyerahkan segala tugas kepada bawahan dan hanya berkata “setuju” dengan apa yang dikerjakan oleh bawahannya.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
O Sears, David, 1991, Psikologi Sosial, Jakarta: Erlangga
Kartono, Kartini, 1994, Psikologi Sosial Untuk Manajemen Perusahaan dan Industri, Jakarta: PT. Grafindo Persada
Soekanto, Soerjono, 1990, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali
Wuryo, Kasmiran, 1983, Pengantar Ilmu Jiwa, Jakarta: Erlangga
Gerungan, W.A., DIPL, 2002, Psikologi Sosial, Bandung: Refika Aditama
0 komentar:
Posting Komentar